LAPORAN
PENDAHULUAN DAN PENGKAJIAN FISIK PADA PADA NY “Y” DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH
DI RUANG MELATI
DEFINISI
·
Infeksi
saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya
invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus
Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001)
·
Infeksi
saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur
baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari
dua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi
umu, kurang lebih 5 – 15 %.Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari
saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli ;
resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral,
obstruksi saluran perkemihan, statis perkemiha, pemakaian instrumen uretral
baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
·
Insfeksi
saluran kemih adalah keadaan bertumbuh dan berkembangnya kuman didalam saluran
kemih dengan jumlah yang bermakna. (Kapita selekta Kedokteran Jilid II Edisi
III.2008)
ETIOLOGI
·
Bakteri
(Eschericia Coli)
·
Jamur
dan virus
·
Insfeksi
ginjal
·
Prostat
hipertropi (urine sisa)
( Susan Martin Tucker, dkk. 1998)
·
E
Coli adalah penyebab tersering
Penyebab lain adalah klebsiela,
enterobakter, pseudomonas, steptokok, dan stafilokok
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid
II Edisi III. 2008)
TANDA
DAN GEJALA
- Tanda
dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
- Nyeri
yang sering dan rasa panas ketika berkemih
- Spasame
pada area kandung kemih dan suprapubis
- Hematuria
- Nyeri
punggung dapat terjadi
- Disuria
- Polakisuria
- Kencing
mengejan
- Tanpa
demam
(Kapita Selekta Kedokteran Edisi
II, Jilid III. 2008)
- Tanda
dan gejala ISK bagian atas adalah :
- Demam
- Menggigil
- Nyeri
panggul dan pinggang
- Nyeri
ketika berkemih
- Malaise
- Pusing
- Mual
dan muntah
(Kapita Selekta Kedokteran Edisi
II, Jilid III. 2008)
PATOFISIOLOGI
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh
adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini
masuk melalui :
·
Penyebaran endogen yaitu kontak langsung
dari tempat infeksi terdekat,
·
Hematogen
·
Limfogen
·
Ekstrogen sebagai akibat dari pemakaian
alat berupa kateter dan sitoskopi
Ada
dua jalur utama terjadinya ISK yaitu asending dan hematogen.
·
Secara asending yaitu:
o Masuknya
mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada
wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi
fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik,
pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
o Naiknya
bakteri dari kandung kemih ke ginjal.
·
Secara hematogen yaitu:
Sering
terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran
infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi
ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total
urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini
sering disebabkan karena adanya:
- Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat
akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
- Mobilitas menurun
- Nutrisi yang sering kurang baik
- System imunnitas yng menurun
- Adanya hambatan pada saluran urin
- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang
meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan
nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri
dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan
mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara
hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang
menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal
yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter
yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan
parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan
pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
(Susan Martin Tucker, dkk. 1998)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
F Urinalisis
o
Leukosuria atau piuria: merupakan salah
satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
o
Hematuria: hematuria positif bila
terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh
berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun
urolitiasis.
F Bakteriologis
o
Mikroskopis
o
Biakan bakteri
F Kultur
urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
F Hitung
koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai
criteria utama adanya infeksi.
F Metode
tes
o
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes
esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes
esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat,
Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi
nitrit.
o
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) :
Uretritia
akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis,
neisseria gonorrhoeae, herpes simplek)
o
Tes - tes tambahan:
Urogram
intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat
dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus
urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie
prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi
yang resisten.
F Biakan
urine
Biakan
urine pancaran tengah (Midstream urine dianggap ISK bila jumlah kuman ≥ 100.000
kuman/ml urin. Jumlah kuman antara 10.000 - <100.000 kuman/ml urine dianggap
meragukan dan perlu di ulang. Bila < 10.000 kuman /ml urine dianggap
kontaminasi.
F Lain
– lain
Tambahan
berupa peninggian Laju Endap Darah ( LED) dan kadar protein C reaktif,
penurunan fungsi ginjal, serta adanya aeotemia member petunjuk adanya ISK
bagian atas.
KOMPLIKASI
S Pembentukan
abses ginjal dan perirenal
S Gagal
ginjal
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana umum
atasi demam, muntah, dehidrasi dll dianjurkan minum banyak anr putih dan jangan
membiasakan menahan kencing. Untuk mengatasi disuria dapat diberikan
fenazopiridin (pyridium) 7 – 10 mg/kgBB/hari. Factor predidposisi di cari dan
dihilangkan. Tatalaksana khusus ditujukan terhadap 3 hal yaitu pengobatan
infeksi akut, pengobatan dan pencegahan infeksi berulang, serta deteksi dan
koreksi bedah terhadap kelainan anatomis saluran kemih.Penanganan Infeksi
Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif
menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora
fekal dan vagina.
Terapi Infeksi
Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
- Terapi antibiotika dosis tunggal
- Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
- Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
- Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang
menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri
persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul
salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin,
terapi preventif dosis rendah. Penggunaan medikasi yang umum mencakup:
sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim,
septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah
resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt
digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu
dipikirkan kemungkina adanya:
- Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
- Interansi obat
- Efek samping obat
- Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang
ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut
dalam kaitannya dengan faal ginjal:
- Efek nefrotosik obat
- Efek toksisitas obat
PENGOBATAN
§ Terapi
antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
§ Apabila
pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan
penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
§ Dianjurkan
untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang
mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang
untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.
PENCEGAHAN
© Kebersihan
perineal
© Membuat
urin lebih asam
© Intake
cairan yang cukup dan deteksi dini terhadap adanya uretritis:
F Menyelesaikan
program terapi antibiotic
F Follow-up
kultur untuk memastikan jenis bakteri
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ganong. W.F., editor Widjajakusumah
D.H.M. 2001.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.edisi Bahasa Indonesia.Jakarta: EGC
2.
Ilmu Kesehatan Nelson, 2000, vol 3, ed
Wahab, A. Samik, Ed 15, Glomerulonefritis akut pasca streptokokus,1813-1814,
EGC, Jakarta.
3.
Latief Abdul, Napitupulu Partogi,et
al.,1985, Ilmu Kesehatan Anak 2,Infomedika, Jakarta
4.
Manjoer, arief dkk.2008.Kapita Selekta Kedokteran Jilid pertama
edisi ketiga.Jakarta.Media Aesculapius
5.
Noer Sjaifullah, 1994, Infeksi Saluran
Kemih Pada Anak dalam Pedoman Diagnosis dan terapi lab/UPF Ilmu Kesehatan
Anak,pp 119-121, Falkutas kedokteran UNAIR, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
6.
Price, Sylvia A, 1995 Patofisiologi
:konsep klinis proses-proses penyakit, ed 4, EGC, Jakarta
7.
Tang, Kiki.2009.http//www.mediatoob.com/search/konsep-isk/ diakses tanggal 13 Maret 2011 jam 18.30
8.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI
9.
Virgiawa, Daril, S.Sc. Mekanisme Dasar
Ginjal. Diakses dari http://www.darryltanod.blogspot.com/2008/04/mekanisme-proses-dasar-ginjal-darryl.html.
Pada Tanggal : 01 Juli 2009
10. www.scribd.com/doc/.../INFEKSI-SALURAN-KEMIH
FORMAT PENGKAJIAN DEWASA
Tanggal
Masuk RS : 28 Maret 2011
Jam
: 08.34 WIB
Tanggal
Pengkajian : 29 Maret 2011
Jam : 17.05 WIB
Nomor
Registrasi : 02 – 36 – 43
Diagnosa Masuk :Infeksi Saluran Kemih (ISK)
I.
PENGKAJIAN
A.
DATA SUBYEKTIF
1.
Identitas
Nama Pasien :
Ny. “Y” Nama Penanggung
Jawab : Ny. “S”
Umur : 33 tahun Umur :51
tahun
Suku/Bangsa : WNI Suku/Bangsa : WNI
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan :
Tani
Penghasilan : ± 1 juta/bln Penghasilan : ± 2 juta/bln
Alamat : Bagor - Nganjuk
2.
Keluhan Utama
Pasien mengeluh sakit
dan panas di daerah perut bagian bawah dan pinggang terasa nyeri sejak 7 hari
yang lalu, badan pasien lemas dan pucat sejak 2 hari yang lalu.
3.
Alasan Kunjungan Saat ini
Kunjungan pertama
4.
Pola Makan dan Minum
a.
Sebelum Masuk Rumah Sakit
·
Makan
Makan 3 X sehari dengan
menu nasi, lauk, sayur dan buah sebanyak 1 piring dan 3 buah buah – buahan
(habis semua)
·
Minum
Pasien minum air putih
8 gelas per hari ± 2 liter air putih
b.
Selama di Rumah Sakit
·
Makan
Pasien makan 3 X sehari
dengan menu yang dihidangkan di Rumah Sakit dengan diet BH. Pasien menghabiskan
sebagian makanan yang dihidangkan
·
Minum
Pasien minum air putih
± 6 gelas per hari ± 1,5 liter per hari dan 1 gelas air kacang hijau.
§ Ada
perubahan pola makan di Rumah Sakit dan sebelum Masuk Rumah Sakit. Hal ini
dikarenakan pasien selama di Rumah Sakit karena pasien diharuskan diet.
§ Ada
perubahan pola minum pasien sebelum masuk Rumah Sakit dan selama di Rumah
Sakit. Karena pasien tidak bisa minum sendiri
5.
Pola Aktivitas Sehari – hari
a.
Sebelum Masuk Rumah Sakit
Pasien beraktivitas
seperti biasanya sebelum masuk Rumah Sakit karena pasien adalah seorang pekerja
di Batam.
b.
Selama di Rumah Sakit
Pasien tidak bisa
beraktivitas seperti biasanya selama di Rumah Sakit karena pasien tidak bisa
miring kanan – miring kiri ( immobilisasi), badan paien terasa lemas.
Ada
perubahan pola aktivitas selama di Rumah Sakit dan sebelum Masuk Rumah Sakit
karena pasien selama di Rumah Sakit di anjurkan untuk bedrest.
6.
Pola Istirahat dan Tidur
a.
Sebelum Masuk Rumah Sakit
· Istirahat
Pasien menggunakan
waktu istirahatnya untuk bersantai dan menonton TV ± 30 menit
· Tidur
Pasien tidur malam
pukul 22.00 – 05.00 ± 8 jam.
Pasien tidak pernah
tidur siang karena pasien adalah seorang pekerja
b.
Selama di Rumah Sakit
· Istirahat
Pasien menggunakan
waktu istirahatnya untuk bedrest di tempat tidur
· Tidur
Pasien bangun setiap
tiga jam sekali pada waktu malam hari karena advis dokter mengatakan untuk di
observasi setiap tiga jam sekali.
Pasien tidur siang selama 2 jam
pukul 12.00 – 14.00.
Ada
perubahan pola istirahat dan tidur pasien sebelum masuk rumah sakit dan selama
di rumah sakit karena selama di rumah sakit pola tidur pasien berubah, pasien
bangun 3 jam sekali karena advis dokter mengatakan bahwa pasien perlu di
observasi 3 jam sekali.
7.
Pola Eliminasi
a.
Sebelum Masuk Rumah Sakit
· BAB
Pasien BAB sekali
setiap hari dengan warna kekuningan, konsistensi lunak, bau khas.
· BAK
Spontan, BAK encer,
warna kuning keruh, bau khas.
b.
Selama di Rumah Sakit
· BAB
Pasien belum BAB selama
di rumah sakit
· BAK
Pasien terpasang kateter 1000
cc < 1jam, BAK encer, warna kuning
keruh, bau khas
Ada
perubahan pola eliminasi pasien sebelum Masuk Rumah Sakit dan selama di Rumah
Sakit, pasien belum bisa BAB selam di Rumah Sakit dan BAK pasien sangat banyak
1000 cc < 1jam
8.
Riwayat Penyakit Yang Sedang Diderita
Pasien mengalami Infeksi
Saluran Kemih (ISK)
9.
Riwayat Penyakit Yang Lalu
Pasien pernahmengalami
keputihan yang sudah agak lama ± 3 tahun yang lalu. Pasien tidak mempunyai
riwayat alergi.
10. Riwayat
Penyakit Keturunan
Dari keluarga pasien
tidak mempunyai penyakit yang sama dengan pasien dan tidak pernah mengalami
penyakit menular.
11. Perilaku
Kesehatan
a.
Minum Alkohol / obat – obatan : Tidak pernah
b.
Merokok, makan sirih, kopi : Kopi
c.
Ganti pakaian
Sebelum Masuk Rumah
Sakit : 2 X Sehari
Selama di Rumah Sakit : belum ganti pakaian
12. Keadaan
Psikologi
a.
Hubungan pasien dengan keluarga
Baik terbukti banyak
keluarga yang menjenguk
b.
Hubungan pasien dengan masyarakat
Baik terbukti banyak
tetangga yang menjenguk
B.
DATA OBJEKTIF
1.
Pemeriksaan umum
a.
Keadaan umum : lemah
b.
Kesadaran : Compos Mentis
c.
Keadaan emosional : stabil
d.
Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 150/90 mmHg Suhu tubuh : 38,6 ° C
Nadi :
88 x/menit Pernafasan : 20 x/menit
e.
Tinggi badan : 157 cm
f.
Berat badan : 50 kg
2.
Pemeriksaan khusus
a.
Kepala
· Inspeksi
Warna rambut hitam
kusam, rambut lepek, rambut ikal, bentuk kepala normal tidak hidrochepalus dan
mikrosefali, jumlah rambut lebat, tidak ada ketombe
· Palpasi
Tidak rontok, tidak ada
benjolan, tidak ada lesi, tidak odema, dan tidak ada nyeri tekan
· Perkusi
Tidak dikaji
· Auskultasi
Tidak dikaji
b.
Muka :
bentuk agak bulat
Raut muka : agak
gelisah
F Mata
· Inspeksi
Mata bulat (sferik)
(ka/ki), simetris (ka/ki), kelopak mata normal (ka/ki), konjungtiva tidak anemis
(ka/ki), sclera putih keabu-abuan (ka/ki), gerakan mata tidak kaku
dapatbergerak bebas (ka/ki)
· Palpasi
Tidak ada pembengkakan
pada palpebra dan kelenjar lakrimalis (ka/ki), tidak ada nyeri tekan.
· Perkusi
Tidak
dikaji
· Auskultasi
Tidak
dikaji
F Mulut
· Inspeksi
§ Bibir
Tidak
ada sianosis, ada stomatitis, mukosa mulut agak kering
§ Gigi
Gigi tidak karies,
tidak ada gigi palsu, ada karang gigi, gigi geraham (ka/ki) ada yang berlubang
§ Gusi
Ada stomatitis, tidak
ada pembengkakan
§ Lidah
Ada stomatitis, warna
putih kemerahan, lidah kotor
§ Tonsil
Warna merah muda, tidak
ada pembengkakan
§ Faring
Tidak ada pembengkakan
· Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
pada lidah
· Perkusi
Tidak dikaji
· Auskultasi
Tidak dikaji
F Hidung
·
Inspeksi
Lubang hidung simetris
(ka/ki), tidak ada secret (ka/ki)
·
Palpasi
Tidak ada polip
(ka/ki),tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas (ka/ki)
·
Perkusi
Tidak dikaji
·
Auskultasi
Tidak
dikaji
F Telinga
·
Inspeksi
Bentuk normal, daun
telinga simetris (ka/ki), tidak ada serumen (ka/ki), tidak ada perdarahan dan
penyumbatan (ka/ki), tidak ada cairan (ka/ki)
·
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
dari ujung telinga sampai bawah (ka/ki), tidak ada pembesaran kelenjar
mastoideus (ka/ki)
·
Perkusi
Tidak dikaji
·
Auskultasi
Tidak
dikaji
c.
Leher
·
Inspeksi
Tidak ada lesi, tidak
ada tumor, tidak ada pembengkakan
·
Palpasi
Tidak ada pembesaran
vena jugularis dan kelenjar tyroid
·
Perkusi
Tidak dikaji
·
Auskultasi
Tidak dikaji
d.
Axiila
·
Inspeksi
Warna kulit lebih gelap
daripada warna sekitar, ditumbuhi rambut, tidak ada lesi
·
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
dan nyeri lepas, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
·
Perkusi
Tidak dikaji
·
Auskultasi
Tidak dikaji
e.
Dada
·
Inspeksi
Bentuk normal, payudara
simetris (ka/ki), tidak ada kelainan (ka/ki), buah dada membesar (ka/ki),
putting susu menonjol (ka/ki), hiperpigmentasi aerola mammae + (ka/ki)
·
Palpasi
Payudara tidak ada
nyeri tekan dan nyeri lepas (ka/ki), tidak ada benjolan (ka/ki)
·
Perkusi
Bunyi paru – paru sonor
·
Auskultasi
Bunyi nafas paru – paru
bronkovesikuler, tidak ada wheezing, tidak ada ronkhi
f.
Abdomen
Ø Kuadran
I (Hepar,limfe)
·
Inspeksi
Tidak dikaji
·
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
dan nyeri lepas
·
Perkusi
Tidak dikaji
·
Auskultasi
Tidak dikaji
Ø Kuadran
II (Gaster)
·
Inspeksi
Tidak dikaji
·
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
dan nyeri lepas
·
Perkusi
Tidak kembung
·
Auskultasi
Berbunyi seperti
gemericik air
Ø Kuadran
III (Colon Desenden)
·
Inspeksi
Tidak dikaji
·
Palpasi
Tidak ada nyeri takan
dan nyeri lepas
·
Perkusi
Tidak dikaji
·
Auskultasi
Gerakan peristaltic
usus 19 x per menit
Ø Kuadran
IV (Apendik)
·
Inspeksi
Tidak dikaji
·
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
dan nyeri lepas
·
Perkusi
Tidak dikaji
·
Auskultasi
Tidak dikaji
g.
Punggung
·
Inspeksi
Bentuk punggung normal,
tidak ada lesi, warna kulit sama dengan warna sekitar
·
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
dan nyeri lepas, tidak ada fraktur os. vertebra
·
Perkusi
Tidak dikaji
·
Auskultasi
Tidak dikaji
h.
Ekstremitas
Ø Atas
·
Inspeksi
Simetris (ka/ki),
pergerakan tidak baik (ka/ki), jari tidak poliduktili (ka/ki), warna kuku merah
muda (ka/ki).
·
Palpasi
Tidak ada kelainan
(ka/ki), tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas (ka/ki), turgor kulit jelek
(ka/ki),tidak ada pembengkakan (ka/ki)
·
Perkusi
Reflek gerak positif
(ka/ki)
·
Auskultasi
Tidak dikaji
Ø Bawah
·
Inspeksi
Simetris (ka/ki),
pergerakan tidak baik (ka/ki), jari tidak poliduktili (ka/ki), warna kuku merah
muda (ka/ki), tidak ada odema (ka/ki), tidak ada varises (ka/ki)
·
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
dan nyeri lepas (ka/ki), turgor kulit jelek
·
Perkusi
Reflek patella positif
(ka/ki)
·
Auskultasi
Tidak dikaji
i.
Genetalia
·
Inspeksi
Labia Mayor (ka/ki)
simetris, labia minor (ka/ki) simetris, ada pembengkakan labia mayor, terdapat
lesi, uretra terpasang kateter dengan UP 1000 < 1 jam
·
Palpasi
Ada pembengkakan labia
mayor, ada nyeri tekan dan nyeri lepas
·
Perkusi
Tidak dikaji
·
Auskultasi
Tidak dikaji
II. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hasil
laboratorium
Tanggal : 29 Maret 2011
Nama : Ny. “Y”
Umur : 33 tahun
Dokter :dr. Yulia
Pemeriksaan
Fisik
|
Hasil
|
Nilai
Normal
|
Urin alisa
|
|
|
Berat Jenis
|
1.015
|
1.010
– 1.060
|
Vitrit
|
-
|
-
|
PH
|
7.0
|
4.5
– 8.0
|
Protein
|
+
1
|
Negative
|
Reduksi
|
Negative
|
Negative
|
Keton
|
Negative
|
Negative
|
Urobilinogen
|
Negative
|
Negative
|
Bilirubin
|
Negative
|
Negative
|
Leukosit
|
+
1
|
Negative
|
Blood
|
+
2
|
Negative
|
Sedimen urine
|
|
|
Eritrosit
|
2
– 4/LPB
|
0
– 2/LPB
|
Leukosit
|
5
– 6/LPB
|
0
– 5/LPB
|
Epitel
|
|
|
-
gepeng
|
4
– 6/LPB
|
<
11/LPB
|
Kristal
|
|
|
-
urine acid
|
Negative
|
Negative
|
-
urat amorp
|
1
– 3/LPB
|
Negative
|
-
Ca oksalat
|
Negative
|
Negative
|
Silinder
|
Negative
|
Negative
|
Bakteri
|
Negative
|
Negative
|
Tanggal : 29 Maret 2011
Nama : Ny. “Y”
Umur : 33 tahun
Dokter :dr. Yulia
Kimia
Klinik
Pemeriksaan
fisik
|
Hasil
|
Nilai
Normal
|
Glukosa
Darah Sewaktu
|
119
|
<
200
|
SGOT
|
30.0
|
L/P
3 - 35
|
SGPT
|
44.0
|
L/P
8 – 33
|
Gamma
GT
|
16.8
|
L
= 0 – 50, P = 0 – 30 U/L
|
Ureum
(BUN)
|
9.04
|
8
– 23 mg/dl
|
Creatin
|
0.70
|
L
= 0.9 – 1.5, P = 0.7 – 1.4 mg/dl
|
Tanggal : 29 Maret 2011
Nama : Ny. “Y”
Umur : 33 tahun
Dokter :dr. Yulia
Pemeriksaaan
|
Hasil
|
Tes
HIV
|
Negative
|
Tanggal : 29 Maret 2011
Nama : Ny. “Y”
Operator
ID : Analisis
Result
|
Flags
|
Unit
|
Normal
Unit
|
WBC 12.2
|
h
|
10^3/ul
|
4.0/10.0
|
LYM 1.0
|
|
10^3/ul
|
1.0/5.0
|
MON 0.4
|
|
10^3/ul
|
0.1/1.0
|
GRA 10.7
|
H
|
10^3/ul
|
2.0/8.0
|
LYM% 8.5
|
L
|
%
|
25.0/50.0
|
MON% 3.5
|
|
%
|
2/10
|
GRA% 88
|
H
|
%
|
50/80
|
RBC 4.25
|
|
10^6/ul
|
3.80/5.40
|
HGB 10.7
|
l
|
g/dl
|
12.5/15.5
|
HCT 34.0
|
l
|
%
|
37.0/47.0
|
MCV 80.0
|
|
Um^3
|
80.0/100.0
|
MCH 25.2
|
l
|
pg
|
26.0/34.0
|
MCHC 31.5
|
|
g/dl
|
31.0/35.5
|
RDW 13.4
|
|
%
|
10.0/16.0
|
PLT 429
|
|
10^3/ul
|
150/450
|
MPU 6.4
|
L
|
Um^3
|
7.0/11.0
|
PCT 0.275
|
|
%
|
0.200/0.500
|
PDW 12.6
|
|
%
|
10.0/18.0
|
III. KESIMPULAN
· Pasien
= Ny. Y” dengan diagnose Infeksi Saluran Kemih (ISK)
· Masalah
yang timbul
·
Adanya gangguan pada system ekskresi
sehingga menimbulkan rasa nyeri pada abdomen bawah
·
Adanya gangguan pola makan selam di
rumah sakit karena pasien mengalami sariawan di daerah bibir, gusi dan lidah
·
Ada gangguan pola istirahat dan tidur
karena pasien harus diobservasi 3 jam sekali
·
Ada gangguan pada suhu tubuh sehingga
pasien merasa badannya meriang
· Perkembangan
saat ini
k/u pasien mulai
baik,tekanan darah pasien normal keadaan emosional pasien stabil.
· Tindakan
yang dilakukan
·
Melakukan Bina Hubungan Saling Percaya
dengan pasien dan keluarganya
·
Mengobbservasi TTV dan K/U (obs. 3 jam
sekali)
·
Perkembangan kondisi pasien
·
Memberikan KIE kepada pasien dan
keluarganya
·
Pasien dianjurkan minum banyak air putih
· Kolaborasi
dengan dr. Yulia dan Visite dr. Teguh Sp.PD
Memberi tindakan sesuai
advis
Oksigen 3 lt/menit
Infus RL grojok 1 Flash
(UGD) diganti RL:D5 = 2:1 = 20 tpm
Inj. Cefo 3 X 1 gr
Inj. Acran 2 X 1 amp
NB 1 X 1
Pasang kateter
Obat oral : Dumin 3 X 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar