Sabtu, 13 Juli 2013

LAPORAN PENDAHULUAN DAN PENGKAJIAN FISIK INFEKSI SALURAN KEMIH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN PENGKAJIAN FISIK PADA PADA NY “Y” DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUANG MELATI


DEFINISI
·         Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001)
·         Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umu, kurang lebih 5 – 15 %.Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemiha, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
·         Insfeksi saluran kemih adalah keadaan bertumbuh dan berkembangnya kuman didalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna. (Kapita selekta Kedokteran Jilid II Edisi III.2008)
ETIOLOGI
·         Bakteri (Eschericia Coli)
·         Jamur dan virus
·         Insfeksi ginjal
·         Prostat hipertropi (urine sisa)
( Susan Martin Tucker, dkk. 1998)
·         E Coli adalah penyebab tersering
Penyebab lain adalah klebsiela, enterobakter, pseudomonas, steptokok, dan stafilokok
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi III. 2008)
TANDA DAN GEJALA
  1. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
    • Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
    • Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
    • Hematuria
    • Nyeri punggung dapat terjadi
    • Disuria
    • Polakisuria
    • Kencing mengejan
    • Tanpa demam
(Kapita Selekta Kedokteran Edisi II, Jilid III. 2008)
  1. Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
    • Demam
    • Menggigil
    • Nyeri panggul dan pinggang
    • Nyeri ketika berkemih
    • Malaise
    • Pusing
    • Mual dan muntah
(Kapita Selekta Kedokteran Edisi II, Jilid III. 2008)
PATOFISIOLOGI
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui :
·         Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat,
·         Hematogen
·         Limfogen
·         Ekstrogen sebagai akibat dari pemakaian alat berupa kateter dan sitoskopi
Ada dua jalur utama terjadinya ISK yaitu asending dan hematogen.

·         Secara asending yaitu:
o    Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
o    Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.
·         Secara hematogen yaitu:
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
  • Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
  • Mobilitas menurun
  • Nutrisi yang sering kurang baik
  • System imunnitas yng menurun
  • Adanya hambatan pada saluran urin
  • Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
(Susan Martin Tucker, dkk. 1998)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
F Urinalisis
o   Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
o   Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
F Bakteriologis
o   Mikroskopis
o   Biakan bakteri
F Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
F Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
F Metode tes
o   Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
o   Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) :
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek)
o   Tes - tes tambahan:
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
F Biakan urine
Biakan urine pancaran tengah (Midstream urine dianggap ISK bila jumlah kuman ≥ 100.000 kuman/ml urin. Jumlah kuman antara 10.000 - <100.000 kuman/ml urine dianggap meragukan dan perlu di ulang. Bila < 10.000 kuman /ml urine dianggap kontaminasi.
F Lain – lain
Tambahan berupa peninggian Laju Endap Darah ( LED) dan kadar protein C reaktif, penurunan fungsi ginjal, serta adanya aeotemia member petunjuk adanya ISK bagian atas.
KOMPLIKASI
S  Pembentukan abses ginjal dan perirenal
S  Gagal ginjal
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana umum atasi demam, muntah, dehidrasi dll dianjurkan minum banyak anr putih dan jangan membiasakan menahan kencing. Untuk mengatasi disuria dapat diberikan fenazopiridin (pyridium) 7 – 10 mg/kgBB/hari. Factor predidposisi di cari dan dihilangkan. Tatalaksana khusus ditujukan terhadap 3 hal yaitu pengobatan infeksi akut, pengobatan dan pencegahan infeksi berulang, serta deteksi dan koreksi bedah terhadap kelainan anatomis saluran kemih.Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
  • Terapi antibiotika dosis tunggal
  • Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
  • Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
  • Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah. Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
  • Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
  • Interansi obat
  • Efek samping obat
  • Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
  • Efek nefrotosik obat
  • Efek toksisitas obat
PENGOBATAN
§  Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
§  Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
§  Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.
PENCEGAHAN
©      Kebersihan perineal
©      Membuat urin lebih asam
©      Intake cairan yang cukup dan deteksi dini terhadap adanya uretritis:
F Menyelesaikan program terapi antibiotic
F Follow-up kultur untuk memastikan jenis bakteri








DAFTAR PUSTAKA
1.      Ganong. W.F., editor Widjajakusumah D.H.M. 2001.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.edisi Bahasa Indonesia.Jakarta: EGC
2.      Ilmu Kesehatan Nelson, 2000, vol 3, ed Wahab, A. Samik, Ed 15, Glomerulonefritis akut pasca streptokokus,1813-1814, EGC, Jakarta. 
3.      Latief Abdul, Napitupulu Partogi,et al.,1985, Ilmu Kesehatan Anak 2,Infomedika, Jakarta
4.      Manjoer, arief dkk.2008.Kapita Selekta Kedokteran Jilid pertama edisi ketiga.Jakarta.Media Aesculapius
5.      Noer Sjaifullah, 1994, Infeksi Saluran Kemih Pada Anak dalam Pedoman Diagnosis dan terapi lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak,pp 119-121, Falkutas kedokteran UNAIR, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
6.      Price, Sylvia A, 1995 Patofisiologi :konsep klinis proses-proses penyakit, ed 4, EGC, Jakarta
7.      Tang, Kiki.2009.http//www.mediatoob.com/search/konsep-isk/ diakses tanggal 13 Maret 2011 jam 18.30
8.      Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI
9.      Virgiawa, Daril, S.Sc. Mekanisme Dasar Ginjal. Diakses dari http://www.darryltanod.blogspot.com/2008/04/mekanisme-proses-dasar-ginjal-darryl.html. Pada Tanggal : 01 Juli 2009
10.  www.scribd.com/doc/.../INFEKSI-SALURAN-KEMIH








FORMAT PENGKAJIAN DEWASA

Tanggal Masuk RS      : 28 Maret 2011
Jam                              : 08.34 WIB
Tanggal Pengkajian     : 29 Maret 2011
Jam                              : 17.05 WIB
Nomor Registrasi        : 02 – 36 – 43
Diagnosa Masuk         :Infeksi Saluran Kemih (ISK)
I.       PENGKAJIAN
A.    DATA SUBYEKTIF
1.      Identitas
Nama Pasien         :  Ny. “Y”        Nama Penanggung Jawab       : Ny. “S”
Umur                     : 33 tahun        Umur                                       :51 tahun
Suku/Bangsa         : WNI              Suku/Bangsa                           : WNI
Agama                   : Islam             Agama                                     : Islam
Pendidikan                        : SMP              Pendidikan                              : SD
Pekerjaan               : Swasta           Pekerjaan                                 : Tani
Penghasilan           : ± 1 juta/bln    Penghasilan                             : ± 2 juta/bln
Alamat                  : Bagor - Nganjuk

2.      Keluhan Utama
Pasien mengeluh sakit dan panas di daerah perut bagian bawah dan pinggang terasa nyeri sejak 7 hari yang lalu, badan pasien lemas dan pucat sejak 2 hari yang lalu.

3.      Alasan Kunjungan Saat ini
Kunjungan pertama

4.      Pola Makan dan Minum
a.       Sebelum Masuk Rumah Sakit
·           Makan
Makan 3 X sehari dengan menu nasi, lauk, sayur dan buah sebanyak 1 piring dan 3 buah buah – buahan (habis semua)
·           Minum
Pasien minum air putih 8 gelas per hari ± 2 liter air putih

b.      Selama di Rumah Sakit
·           Makan
Pasien makan 3 X sehari dengan menu yang dihidangkan di Rumah Sakit dengan diet BH. Pasien menghabiskan sebagian makanan yang dihidangkan
·           Minum
Pasien minum air putih ± 6 gelas per hari ± 1,5 liter per hari dan 1 gelas air kacang hijau.

§  Ada perubahan pola makan di Rumah Sakit dan sebelum Masuk Rumah Sakit. Hal ini dikarenakan pasien selama di Rumah Sakit karena pasien diharuskan diet.
§  Ada perubahan pola minum pasien sebelum masuk Rumah Sakit dan selama di Rumah Sakit. Karena pasien tidak bisa minum sendiri

5.      Pola Aktivitas Sehari – hari
a.       Sebelum Masuk Rumah Sakit
Pasien beraktivitas seperti biasanya sebelum masuk Rumah Sakit karena pasien adalah seorang pekerja di Batam.
b.      Selama di Rumah Sakit
Pasien tidak bisa beraktivitas seperti biasanya selama di Rumah Sakit karena pasien tidak bisa miring kanan – miring kiri ( immobilisasi), badan paien terasa lemas.

Ada perubahan pola aktivitas selama di Rumah Sakit dan sebelum Masuk Rumah Sakit karena pasien selama di Rumah Sakit di anjurkan untuk bedrest.

6.      Pola Istirahat dan Tidur
a.       Sebelum Masuk Rumah Sakit
·      Istirahat
Pasien menggunakan waktu istirahatnya untuk bersantai dan menonton TV ± 30 menit
·      Tidur
Pasien tidur malam pukul 22.00 – 05.00 ± 8 jam.
Pasien tidak pernah tidur siang karena pasien adalah seorang pekerja
b.      Selama di Rumah Sakit
·      Istirahat
Pasien menggunakan waktu istirahatnya untuk bedrest di tempat tidur
·      Tidur
Pasien bangun setiap tiga jam sekali pada waktu malam hari karena advis dokter mengatakan untuk di observasi setiap tiga jam sekali.
Pasien tidur siang selama 2 jam pukul 12.00 – 14.00.
Ada perubahan pola istirahat dan tidur pasien sebelum masuk rumah sakit dan selama di rumah sakit karena selama di rumah sakit pola tidur pasien berubah, pasien bangun 3 jam sekali karena advis dokter mengatakan bahwa pasien perlu di observasi 3 jam sekali.
7.      Pola Eliminasi
a.       Sebelum Masuk Rumah Sakit
·      BAB
Pasien BAB sekali setiap hari dengan warna kekuningan, konsistensi lunak, bau khas.
·      BAK
Spontan, BAK encer, warna kuning keruh, bau khas.
b.      Selama di Rumah Sakit
·      BAB
Pasien belum BAB selama di rumah sakit
·      BAK
Pasien terpasang kateter 1000 cc  < 1jam, BAK encer, warna kuning keruh, bau khas
Ada perubahan pola eliminasi pasien sebelum Masuk Rumah Sakit dan selama di Rumah Sakit, pasien belum bisa BAB selam di Rumah Sakit dan BAK pasien sangat banyak 1000 cc < 1jam
8.      Riwayat Penyakit Yang Sedang  Diderita
Pasien mengalami Infeksi Saluran Kemih (ISK)
9.      Riwayat Penyakit Yang Lalu
Pasien pernahmengalami keputihan yang sudah agak lama ± 3 tahun yang lalu. Pasien tidak mempunyai riwayat alergi.
10.  Riwayat Penyakit Keturunan
Dari keluarga pasien tidak mempunyai penyakit yang sama dengan pasien dan tidak pernah mengalami penyakit menular.
11.  Perilaku Kesehatan
a.       Minum Alkohol / obat – obatan          : Tidak pernah
b.      Merokok, makan sirih, kopi                : Kopi
c.       Ganti pakaian
Sebelum Masuk Rumah Sakit             : 2 X Sehari
Selama di Rumah Sakit                       : belum ganti pakaian
12.  Keadaan Psikologi
a.       Hubungan pasien dengan keluarga
Baik terbukti banyak keluarga yang menjenguk
b.      Hubungan pasien dengan masyarakat
Baik terbukti banyak tetangga yang menjenguk

B.     DATA OBJEKTIF
1.      Pemeriksaan umum
a.       Keadaan umum           : lemah
b.      Kesadaran                   : Compos Mentis
c.       Keadaan emosional     : stabil
d.      Tanda – tanda vital
Tekanan darah             : 150/90 mmHg           Suhu tubuh      : 38,6 ° C
Nadi                            : 88 x/menit                 Pernafasan       : 20 x/menit
e.       Tinggi badan               : 157 cm
f.       Berat badan                 : 50 kg
2.      Pemeriksaan khusus
a.       Kepala
·      Inspeksi
Warna rambut hitam kusam, rambut lepek, rambut ikal, bentuk kepala normal tidak hidrochepalus dan mikrosefali, jumlah rambut lebat, tidak ada ketombe
·      Palpasi
Tidak rontok, tidak ada benjolan, tidak ada lesi, tidak odema, dan tidak ada nyeri tekan
·      Perkusi
Tidak dikaji
·      Auskultasi
Tidak dikaji
b.      Muka   : bentuk agak bulat
Raut muka : agak gelisah
F  Mata
·       Inspeksi
Mata bulat (sferik) (ka/ki), simetris (ka/ki), kelopak mata normal (ka/ki), konjungtiva tidak anemis (ka/ki), sclera putih keabu-abuan (ka/ki), gerakan mata tidak kaku dapatbergerak bebas (ka/ki)
·      Palpasi
Tidak ada pembengkakan pada palpebra dan kelenjar lakrimalis (ka/ki), tidak ada nyeri tekan.
·      Perkusi
Tidak dikaji
·      Auskultasi
Tidak dikaji
F Mulut
·      Inspeksi
§  Bibir
Tidak ada sianosis, ada stomatitis, mukosa mulut agak kering
§  Gigi
Gigi tidak karies, tidak ada gigi palsu, ada karang gigi, gigi geraham (ka/ki) ada yang berlubang
§  Gusi
Ada stomatitis, tidak ada pembengkakan
§  Lidah
Ada stomatitis, warna putih kemerahan, lidah kotor
§  Tonsil
Warna merah muda, tidak ada pembengkakan
§  Faring
Tidak ada pembengkakan
·      Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada lidah
·      Perkusi
Tidak dikaji
·      Auskultasi
Tidak dikaji
F Hidung
·         Inspeksi
Lubang hidung simetris (ka/ki), tidak ada secret (ka/ki)
·         Palpasi
Tidak ada polip (ka/ki),tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas (ka/ki)
·         Perkusi
Tidak dikaji
·         Auskultasi
Tidak dikaji
F Telinga
·         Inspeksi
Bentuk normal, daun telinga simetris (ka/ki), tidak ada serumen (ka/ki), tidak ada perdarahan dan penyumbatan (ka/ki), tidak ada cairan (ka/ki)
·         Palpasi
Tidak ada nyeri tekan dari ujung telinga sampai bawah (ka/ki), tidak ada pembesaran kelenjar mastoideus (ka/ki)
·         Perkusi
Tidak dikaji
·         Auskultasi
Tidak dikaji
c.       Leher
·         Inspeksi
Tidak ada lesi, tidak ada tumor, tidak ada pembengkakan
·         Palpasi
Tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid
·         Perkusi
Tidak dikaji
·         Auskultasi
Tidak dikaji
d.      Axiila
·         Inspeksi
Warna kulit lebih gelap daripada warna sekitar, ditumbuhi rambut, tidak ada lesi
·         Palpasi
Tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
·         Perkusi
Tidak dikaji
·         Auskultasi
Tidak dikaji
e.       Dada
·         Inspeksi
Bentuk normal, payudara simetris (ka/ki), tidak ada kelainan (ka/ki), buah dada membesar (ka/ki), putting susu menonjol (ka/ki), hiperpigmentasi aerola mammae + (ka/ki)
·        Palpasi
Payudara tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas (ka/ki), tidak ada benjolan (ka/ki)
·         Perkusi
Bunyi paru – paru sonor
·         Auskultasi
Bunyi nafas paru – paru bronkovesikuler, tidak ada wheezing, tidak ada ronkhi
f.       Abdomen
Ø  Kuadran I (Hepar,limfe)
·         Inspeksi
Tidak dikaji
·         Palpasi
Tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas
·         Perkusi
Tidak dikaji
·         Auskultasi
Tidak dikaji
Ø  Kuadran II (Gaster)
·         Inspeksi
Tidak dikaji
·         Palpasi
Tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas
·         Perkusi
Tidak kembung
·         Auskultasi
Berbunyi seperti gemericik air
Ø  Kuadran III (Colon Desenden)
·         Inspeksi
Tidak dikaji
·         Palpasi
Tidak ada nyeri takan dan nyeri lepas
·         Perkusi
Tidak dikaji
·         Auskultasi
Gerakan peristaltic usus 19 x per menit
Ø  Kuadran IV (Apendik)
·         Inspeksi
Tidak dikaji
·         Palpasi
Tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas
·         Perkusi
Tidak dikaji
·         Auskultasi
Tidak dikaji
g.      Punggung
·         Inspeksi
Bentuk punggung normal, tidak ada lesi, warna kulit sama dengan warna sekitar
·         Palpasi
Tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, tidak ada fraktur os. vertebra
·         Perkusi
Tidak dikaji
·         Auskultasi
Tidak dikaji
h.      Ekstremitas
Ø  Atas
·         Inspeksi
Simetris (ka/ki), pergerakan tidak baik (ka/ki), jari tidak poliduktili (ka/ki), warna kuku merah muda (ka/ki).
·         Palpasi
Tidak ada kelainan (ka/ki), tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas (ka/ki), turgor kulit jelek (ka/ki),tidak ada pembengkakan (ka/ki)
·         Perkusi
Reflek gerak positif (ka/ki)
·         Auskultasi
Tidak dikaji
Ø  Bawah
·         Inspeksi
Simetris (ka/ki), pergerakan tidak baik (ka/ki), jari tidak poliduktili (ka/ki), warna kuku merah muda (ka/ki), tidak ada odema (ka/ki), tidak ada varises (ka/ki)
·         Palpasi
Tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas (ka/ki), turgor kulit jelek
·         Perkusi
Reflek patella positif (ka/ki)
·         Auskultasi
Tidak dikaji

i.        Genetalia
·         Inspeksi
Labia Mayor (ka/ki) simetris, labia minor (ka/ki) simetris, ada pembengkakan labia mayor, terdapat lesi, uretra terpasang kateter dengan UP 1000 < 1 jam
·         Palpasi
Ada pembengkakan labia mayor, ada nyeri tekan dan nyeri lepas
·         Perkusi
Tidak dikaji
·         Auskultasi
Tidak dikaji
II. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hasil laboratorium
Tanggal       : 29 Maret 2011
Nama          : Ny. “Y”
Umur          : 33 tahun
Dokter        :dr. Yulia
Pemeriksaan Fisik
Hasil
Nilai Normal
Urin alisa


Berat Jenis
1.015
1.010 – 1.060
Vitrit
-
-
PH
7.0
4.5 – 8.0
Protein
+ 1
Negative
Reduksi
Negative
Negative
Keton
Negative
Negative
Urobilinogen
Negative
Negative
Bilirubin
Negative
Negative
Leukosit
+ 1
Negative
Blood
+ 2
Negative
Sedimen urine


Eritrosit
2 – 4/LPB
0 – 2/LPB
Leukosit
5 – 6/LPB
0 – 5/LPB
Epitel


-          gepeng
4 – 6/LPB
< 11/LPB
Kristal


-          urine acid
Negative
Negative
-          urat amorp
1 – 3/LPB
Negative
-          Ca oksalat
Negative
Negative
Silinder
Negative
Negative
Bakteri
Negative
Negative

Tanggal       : 29 Maret 2011
Nama          : Ny. “Y”
Umur          : 33 tahun
Dokter        :dr. Yulia
Kimia Klinik
Pemeriksaan fisik
Hasil
Nilai Normal
Glukosa Darah Sewaktu
119
< 200
SGOT
30.0
L/P 3 - 35
SGPT
44.0
L/P 8 – 33
Gamma GT
16.8
L = 0 – 50, P = 0 – 30 U/L
Ureum (BUN)
9.04
8 – 23 mg/dl
Creatin
0.70
L = 0.9 – 1.5, P = 0.7 – 1.4 mg/dl
Tanggal       : 29 Maret 2011
Nama          : Ny. “Y”
Umur          : 33 tahun
Dokter        :dr. Yulia
Pemeriksaaan
Hasil
Tes HIV
Negative
Tanggal       : 29 Maret 2011
Nama          : Ny. “Y”
Operator ID : Analisis
Result
Flags
Unit
Normal Unit
WBC         12.2
h
10^3/ul
4.0/10.0
LYM          1.0

10^3/ul
1.0/5.0
MON          0.4

10^3/ul
0.1/1.0
GRA          10.7
H
10^3/ul
2.0/8.0
LYM%       8.5
L
%
25.0/50.0
MON%      3.5

%
2/10
GRA%       88
H
%
50/80
RBC          4.25

10^6/ul
3.80/5.40
HGB          10.7
l
g/dl
12.5/15.5
HCT          34.0
l
%
37.0/47.0
MCV          80.0

Um^3
80.0/100.0
MCH          25.2
l
pg
26.0/34.0
MCHC        31.5

g/dl
31.0/35.5
RDW          13.4

%
10.0/16.0
PLT           429

10^3/ul
150/450
MPU           6.4
L
Um^3
7.0/11.0
PCT          0.275

%
0.200/0.500
PDW        12.6

%
10.0/18.0

III. KESIMPULAN
·       Pasien = Ny. Y” dengan diagnose Infeksi Saluran Kemih (ISK)
·       Masalah yang timbul
·         Adanya gangguan pada system ekskresi sehingga menimbulkan rasa nyeri pada abdomen bawah
·         Adanya gangguan pola makan selam di rumah sakit karena pasien mengalami sariawan di daerah bibir, gusi dan lidah
·         Ada gangguan pola istirahat dan tidur karena pasien harus diobservasi 3 jam sekali
·         Ada gangguan pada suhu tubuh sehingga pasien merasa badannya meriang
·       Perkembangan saat ini
k/u pasien mulai baik,tekanan darah pasien normal keadaan emosional pasien stabil.
·       Tindakan yang dilakukan
·           Melakukan Bina Hubungan Saling Percaya dengan pasien dan keluarganya
·           Mengobbservasi TTV dan K/U (obs. 3 jam sekali)
·           Perkembangan kondisi pasien
·           Memberikan KIE kepada pasien dan keluarganya
·           Pasien dianjurkan minum banyak air putih
·       Kolaborasi dengan dr. Yulia dan Visite dr. Teguh Sp.PD
Memberi tindakan sesuai advis
Oksigen 3 lt/menit
Infus RL grojok 1 Flash (UGD) diganti RL:D5 = 2:1 = 20 tpm
Inj. Cefo 3 X 1 gr
Inj. Acran 2 X 1 amp
NB 1 X 1
Pasang kateter
Obat oral : Dumin 3 X 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar