Kamis, 16 Mei 2013

LP N KONSEP ATONIA UTERI



LAPORAN PENDAHULUAN INC DENGAN ATONIA UTERI

DEFINISI
1.      Persalinan adalah serangkaian peristiwa mulai dari kenceng – kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, plasenta, ketuban dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir alau melalui jalan lain dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri.
(Sumarah, 2009)
2.      Kala III adalah dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
(APN, 2008)
3.      Kala III adalah            Berlangsung 6 sampai 15 menit setelah janin dikeluarkan sampai pengeluaran plasenta.
(Mansjoer, 2002 )
4.      Kala III adalah            Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
(Sarwono Prawirohardjo,2008)

FISIOLOGI
Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta/ uri. Rata – rata kala III berkisar 15 – 30 menit , baik pada primipara maupun multipara. Tempat implantasi plasenta, sering pada dinding depan dan belakang korpus uteri atau dinding lateral sangat jarang terdapat pada fundus uteri. Bila terletak pada segmen bawah rahim/SBR, keadaan ini disebut plasenta previa.
I.          Fase – fase kala III
1.      Pelepasan plasenta
Setelah bayi lahir, terjadi kontraksi uterus. Hal ini mengakibatkan volume rongga uterus berkurang. Dinding uterus menebal. Pada tempat implantasi plasenta juga terjadi penurunan luas area. Ukuran plasenta tidak berubah, sehingga menyebabkan plasenta terlipat, menebal dan akhirnya terlepas dari dinding uterus. Plasenta terlepas sedikit demi sedikit. Terjadi pengumpulan perdarahan di antara ruang plasenta dan desidua basalis yang disebut retroplacenter hematom. Setelah plasenta terlepas, plasenta akan menempati segmen bawah uterus atau vagina.
Macam – macam pelepasan plasenta
ü  Mekanisme Schultz
Pelepasan plasenta yang dimulai dari sentral/ bagian tengah sehingga terjadi bekuan retroplacenta. Cara pelepasan ini paling sering terjadi. Tanda pelepasan dari tengah ini mengakibatkan perdarahan tidak terjadi sebelum plasenta lahir. Perdarahan banyak terjadi segera setelah plasenta lahir.
ü  Mekanisme Ducan
Terjadi pelepasan plasenta dari pinggir atau bersamaan dari pinggir dan tengah plasenta. Hal ini mengakibatkan terjadi semburan palsenta lahir.
Tanda – tanda pelepasan plasenta :
1.      Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus  berkontraksi dan plasenta terdorong dibawah, uterus berbentuk segitiga (seperti buah pir) dan fundus berada di bawah pusat.
2.      Tali pusat memanjang.
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vagina (tanda Ahfeld).
3.      Semburan darah mendadak dan singkat.
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retro plasenta pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plsenta melebihi kapasitas tumpangannya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
2.      Pengeluaran plasenta
Plasenta yang sudah lepas dan menempati segmen bawah rahim, kemudian melalui serviks, vagina dan dikeluarkan ke intruitus vagina.
Pemeriksaan pelepasan plasenta
1.      Kustner : tali pusat diregangkan dengan tangan kanan, tangan kiri menekan atas simpisis.
Penilaian :
a.       Tali pusat masuk berarti belum lepas
b.      Tali pusat bertambah panjang atau tidak masuk berarti lepas.
II.       Pengawasan perdarahan
1.      Selama hamil aliran darah ke uterus 500 – 800 ml/menit
2.      Uterus tidak berkontraksio dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak 350 – 500 ml.
3.      Kontraksi uterus akan menekan pembuluh darah uterus diantara anyaman miometrium.
(Sumarah, 2009)
III.         Manajemen Aktif Kala III:
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.
Keuntungan – keuntungan manajemen aktif kala III
·         Persalinan kala III lebih singkat
·         Mengurangi jumlah kehilangan darah
·         Mengurangi kejadian retensio plasenta
Manajemen Aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama
·         Pemberian oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
·         Melakukan penegangan tali pusat terkendali
·         Massase fundus uteri
(APN,2008)
IV.        Pemeriksaan plasenta meliputi
1.         Selaput ketuban utuh atau tidak
2.         Plasenta  : ukuran plasenta
3.         Tali pusat : jumlah arteri dan vena, adakah arteri dan vena yang terputus untuk mendeteksi plasenta suksenturia. Insersi tali pusat, apakah sentral, apakah marginal atau lateral serta panjang tali pusat.
V.           Pemantauan kala III
1.      Perdarahan
Jumlah darah yang diukur, disertai dengan bekuan darah atau tidak
2.      Kontraksi uterus
Bentuk uterus, intensitas
3.      Robekan jalan lahir / laserasi, rupture perinium
4.      Tanda tanda vital
a.       Tekanan darah bertambah tinggi dari sebelum persalinan
b.      Nadi bertambah cepat
c.       Temperature bertambah tinggi
d.      Respirasi : berangsur normal
e.       Gastrointestinal : normal, p[ada awal persalinan mungkin muntah
5.      Personal hygiene
VI.        Kebutuhan ibu pada Kala III
1.      Ketertarikan ibu pada bayi
Ibu mengamati bayinya, menanyakan apa jenis kelaminnya, jumlah jari – jari dan mulai menyentuh bayi.
2.      Perhatian pada dirinya
3.      Bidan perlu menjelaskan kondisi ibu, perlu penjahitan atau tidak, bimbingan tentang kelanjutan tindakan dan perawatan ibu.
4.      Tertarik plasenta
Bidan menjelaskan kondisi plasenta, lahir lengkap atau tidak.
( Sumarah, 2009)

PATOFISIOLOGI
Definisi
·         Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. Umumnya perdarahan karena atonia uteri terjadi dalam 24 jam pertama post partum (APN, 2008).
·         Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Sumarah, 2009).
·         Atonia Uteri adalah keadaan lemahnya tonus kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. ( Saifudin, 2008)

ETIOLOGI
Faktor Predisposisi
·         Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli, polihidramnion, atau anak terlalu besar
·         Kelelahan karene persalinan lama atau persalinan kasep
·         Kehamilan grande-multipara
·         Ibu dengan keadaan umum jelek, anemis atau menderita penyakit menahun
·         Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim
·         Infeksi intrauterine (korioamnionitis)
·         Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya
(Prawirohardjo, 2008)
·         Persalinan cepat (partus presipitatus)
·         Persalinan yang di induksi atau dipercepat dengan oksitosin (augmentasi)
·         Magnesium sulfat digunakan untuk mengendalikan kejang pada preeklamsi eklamsia
(APN, 2008)

TANDA DAN GEJALA
Tanda dan Gejala Atonia Uteri
·         Uterus tidak berkontraksi dan lembek
·         Perdarahan segera setelah anak lahir
·         Syok (kadang – kadang ada)
(Hanifa, 2002)

PENANGANAN
Penatalaksanaan Atonia Uteri
Jika Uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masssase) fundus uteri
·         Melakukan kompresi bimanual internal
a.       Pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut memasukkan tangan (dengan cara menyatakan kelima Ujung jari) ke introitus dan kedalam vagina ibu.
b.      Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri tidak dapat berkontraksi secara penuh.
c.       Letakkan kepalan tangan pada forniks anterior, tekan dinding anterior uterus, sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat di dinding.
d.      Tekan uterus dari kedua tangan secara kuat, kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah didalam dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
·         Evaluasi keberhasilan
1.      Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina.
2.      Uterus akan berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung, periksa perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi dibagian tersebut. Seberapa lakukan penjahitan jika ditemukan laserasi.
3.      Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan, kompresi bimanual eksternal, kemudian teruskan dengan langkah - langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya minta tolong keluarga mulai menyiapkan rujukan.
Alasan : Atonia uteri seringkali bisa di atasi dengan KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain.
·         Berikan 0,2mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi).
Alasan : Ergometrin yang diberikan, akan meningkatkan tekanan darah lebih tinggi dari kondisi normal.
·         Menggunakan jarum berdiameter (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan 500 melakukan larutan RL yang mengandung 20 unit oksitosin.
Alasan: Jarum dengan diameter besar, memungkinkan pemberian cairan IV secara cepat, dapat langsung digunakan jika ibu membutuhkan tranfusi darah. Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus. RL akan membantu mengganti volume cairan yang hilang selama perdarahan.
·         Pakai sarung tangan steril atau DTT dan ulangi KBI.
Alasan: KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin dapat membantu membuat uterus berkontraksi.
·         Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampi 2 ment, segera lakukan rujukan.
Berarti ini bukan atonia uteri sederhana. Ini membutuhkan perawatan gawat darurat di fasilitas kesehatan yang dapat melakukan tindakan pembedahan dan tranfusi darah.
Dampingi Ibu ke tempat rujukan, teruskan melakukan KBI hingga Ibu tiba di tempat rujukan. Teruskan pemberian cairan IV hingga Ibu tiba di fasilitas rujukan.
a.       Infus 500 melakukan yang pertama dan dalam waktu 10 menit.
b.      Kemudian berikan 500 / jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 liter, dan kemudian berikan 125 / jam.
c.       Jika cairan secara IV tidak cukup, infus botol kedua berisi 500 melakukan cairan dengan tetes lambat dan berikan cairan secara oral untuk asupan cairan tambahan.
·         Kompresi Bimanual Ekternal
1.      Letakkan satu tangan pada abdomen di depan uterus, tepat di atas simpisis pubis.
2.      Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korpus uteri) usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
3.      Lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan kompresi pembuluh darah di dinding uterus dengan cara menekan uterus di artara kedua tangan tersebut.
Ini akan membantu uterus berkontraksi dan menekan pembuluh darah uterus. (APN : 2008)
POHON MASALAH
























 

 

 

 



 



PENATALAKSANAAN ATONIA UTERI
 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 




KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN ATONIA UTERI

Tanggal Masuk RS/RB/BPS/PKM           :
Jam                                                            :
Tanggal Pengkajian                                   :
Jam                                                            :
Nomor registrasi pasien                             :
Nomor tempat tidur                                  :
Diagnosa masuk                                        :
I.         PENGKAJIAN

A.    Data Subyektif

1.      Biodata
Nama Istri :           Ny. "…"                     Nama suami    : Tn. "…"
Umur                     :                                   Umur               :
Agama                   :                                   Agama             :
Suku/Bangsa         :                                   Suku/Bangsa   :
Pendidikan                        :                                   Pendidikan      :
Pekerjaan               :                                   Pekerjaan         :
Penghasilan           :                                   Penghasilan     :
Alamat                  :                                   Alamat                        :
2.      Keluhan Utama
-     Kondisi tubuh lemah
-     Nyeri perut setelah persalinan
-          Pengeluaran pervaginam/ perdarahan/ lokhea
-          Perut tidak mengeras
3.      Riwayat Perkawinan
a.       Kawin ……. Kali
b.      Kawin pertama kali usia …….. tahun
c.       Dengan suami sekarang sudah …… tahun
4.      Riwayat menstruasi
Menarche selama nifas
:
….th
Banyaknya
:

Warna
:

Keluhan
:

Fluor albus
:

HPHT
:

HPL
:

5.      Riwayat obstetric
a.       Riwayat kehamilan yang lalu
G: …….      P:…….
Usia kehamilan berapa saat persalinan anak terakhir?
b.      Riwayat persalinan
Tanggal persalinan  :
Proses persalinan     : normal/ tidak
Penolong                 : dukun/bidan/dokter
Penyulit persalinan  : ada/tidak
Tindakan penyulit   :
c.       Keadaan bayi
APGAR score         :
IMD berapa lama    :
6.      Riwayat KB
a.         Jenis kontrasepsi       : hormonal (pil,suntik, AKDR progestin, implant)
 Non hormonal (KB sederhana, IUD)
b.        Mulai menggunakan  :
c.         Mulai melepas           :
7.      Riwayat Kesehatan yang lain
Ibu sedang / tidak  menderita penyakit menahun : HT, TBC, menurun :  asma, DM dan menular seperti : hepatitis, HIV / AIDS.dan tidak/sedang menderita penyakit infeksi dan mastitis.
8.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada/ ada yang menderita penyakit menahun : HT, TBC, menurun:asma, DM dan menular seperti : hepatitis, HIV / AIDS dan tidak ada keturunan kembar. Dan tidak/selam hamilpernah menderita penyakit infeksi nifas dan mastitis.
9.      Pola Makan Minum
a.       Selama hamil
Makan           : Makan …x/hari, porsi ….. ... piring : nasi, lauk pauk, sayur.
Minum           : minum ….. ± …. Gelas …. ml
b.      Selama inpartu
Makan           : Makan …x/hari, porsi ….. ... piring : nasi, lauk pauk, sayur.
Minum           : minum ….. ± …. Gelas …. ml
c.       Terakhir
Makan           : Makan … x, porsi ….. ... piring : nasi, lauk pauk, sayur.
Minum           : minum ….. ± …. Gelas …. ml
10.  Pola aktivitas sehari – hari
a.       Selama hamil
Istirahat         : istirahat siang jam …. WIB
Tidur             : Tidur + … jam, malam jam : …. WIB.
Seksualitas    : ….. x seminggu/sebulan
b.      Selama inpartu
Istirahat         : istirahat siang jam …. WIB
Tidur             : Tidur + … jam, malam jam : …. WIB.
Seksualitas    : ….. x seminggu/sebulan
c.       Terakhir
Istirahat         : istirahat siang jam …. WIB
Tidur             : bisa/tidak,…. jam
Seksualitas    : melakukan/ tidak
Pola Eliminasi
a.       Selama hamil
BAB              : BAB ± …. x/hari warna …. konsistensi ….
BAK             : BAK ± … x/hari warna …..  nyeri/tidak
b.      Selama inpartu
BAB              : BAB ± …. x/hari warna …. konsistensi ….
BAK             : BAK ± … x/hari warna …..  nyeri/tidak
c.       Terakhir
BAB              : bisa/tidak warna….. konsistensi…..
BAK             : bisa/ tidak, ….. x warna …… konsistensi ……
d.      Perilaku Kesehatan
·         Minum alcohol/ obat – obatan     :tidak/ya
·         Jamu yang sering diguanakan      :tidak / ya, apa
·         Merokok, makanan sirih, kopi      :apa
·         Ganti pakaian dalam                    : berapa kali sehari, Minimal 2x sehari
e.       Kepercayaan yang berhubungan dengan Nifas
Selama nifas  pasien ada/ tidak pantangan terhadap makanan tertentu. Diadakan/ tidak acara selamatan dengan harapan ibu dan bayi sehat.
f.       Keadaan Psikologi
·         Ibu gelisah dan cemas karena darah yang terus menerus mengalir dari jalan lahir.
·         Hubungan pasien dengan suami dan keluarga baik.
·         Pasien beragama Islam taat menjalankan sholat 5 waktu dan selalu berdoa kepada Allah SWT agar dapat melahirkan dengan lancar dan bayi selamat.

B.     Data Obyektif

1.      Pemeriksaan Umum
a.       Keadaan Umum                    : lemah
b.      Kesadaran                             : composmentis
c.       Penampilan                            : pucat
d.      Tekanan darah                       : 110/70 – 120/80 mmHg
e.       Nadi                                      : 80 - 100 x/menit
f.       Suhu                                      : 36,5 – 37,5 0C
g.      Respirasi                                : 16 – 22 x/menit
2.    Pemeriksaan Fisik
a.       Inspeksi
1.      Kepala    : warna rambut hitam kusam   benjolan           : tidak ada
Rontok   : tidak                                      ketombe          : tidak ada
2.      Muka cloasma gravidarum : tidak
3.      Mata       : Kelopak mata : normal (ka/ki)
Konjungtiva                   : kemerahan (ka/ki)
Slera                               : putih (ka/ki)
4.      Hidung   : simetris ya (ka/ki), secret tidak ada (ka/ki), polip tidak ada (ka/ki)
5.      Mulut dan gigi :
Lidah      : bersih
Gusi        : tidak epulis
Gigi        : tidak karies
6.      Telinga   : simetris ya (ka/ki), serumen tidak ada (ka/ki)
7.      Leher      : nomal, tidak ada pembengkakan vena jugularis
8.      Axilla     : pembengkakan kelenjar limfe           : tidak ada
9.      Dada      :
Payudara                        Pembesaran                 : ya (ka/ki)
                           Simetris                       : ya (ka/ki)
                           Papilla mamae             : menonjol (ka/ki)
                           Pengeluaran                 : ya (ka/ki)
                           Benjolan/tumor           : tidak (ka/ki)
                           Strie                             : ya (ka/ki)
                           Kebersihan                  : ya (ka/ki)
10.  Abdomen:
·         TFU dan Kontraksi        :TFU setinggi pusat kontraksi lemah
·         Bekas luka operasi         : tidak ada
·         Kandung kemih                         : kosong
11.  Punggung           :
·         Posisi tulang belakang : normal, tidak ada kelainan
12.  Ekstremitas        :
Atas                                                        Bawah
Simetris : ya (ka/ki)                               Simetris           : ya (ka/ki)
Oedema : tidak (ka/ki)                           Oedema           : tidak (ka/ki)
Varises   : tidak (ka/ki)                           Varises                        : tidak (ka/ki)
13.   Anogenital        :
·         Keadaan perineum             : utuh
·         Luka jahitan episiotomi      : terbuka
·         Lochea                                : tidak berbau
·         Anus                                   : tidak ada laserasi
b.      Perkusi
·         Reflek patella            : positif ka/ki
c.       Auskultasi
·         Dada : tidak ada ronki/ wessing
·         Perut : kembung/ tidak, bising usus Å
Pemeriksaa Penunjang
Pemeriksaan laboratorium:
Hb:……gr%
Kesimpulan :
Ibu Post partum dengan Atonia Uteri.

II.           DIAGNOSA DAN MASALAH

Dx          :  Ibu Post partum dengan Atonia Uteri.
Ds           :  - Ibu mengatakan ini persalinannya yang ke
                  - Ibu mengatakan tubuhnya lemah sebelum melahirkan dan merasa
  keluar darah terus menerus dari kemaluannya.
Do          :  Tekanan darah                      : 110/70 – 120/80 mmHg
Nadi                                     : 80 - 100 x/menit
Suhu                                     : 36,5 – 37,5 0C
Respirasi                               : 16 – 22 x/menit
TFU                                      : setinggi pusat
Kontraksi uterus                   : lemah setelah dilakukan masage selaman 15 detik.
Robekan perineum               : Derajat II.
Placenta lengkap.

III.        IDENTIFIKASI POTENSIAL MASALAH DIAGNOSA

Potensial terjadi hypovelemik shock

IV.        IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
-          Rehidrasi per IV ® pasang infus
-          Rehidrasi peroral
-          Pemberian oxytocin ulang.
V.            INTERVENSI
Diagnosa
:
Ibu Post partum dengan Atonia Uteri.
Tujuan
:
- Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 30  menit perdarahan berhenti.


- Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 24 jam ibu dalam keadaan normal
      Kriteria hasil
-          K/U                                : baik
-     TTV
Tekanan darah               : 110/70 – 120/80 mmHg
Nadi                               : 80 - 100 x/menit
Suhu                               : 36,5 – 37,5 0C
Respirasi                        : 16 - 24x/menit
-          Perdarahan < 500 cc, tidak terjadi lagi.
-          TFU dalam batas normal.
-          Kontraksi uterus baik.
-          Wajah tidak pucat.
-          Conjungtiva merah muda
         Intervensi :
1.
Lakukan pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya placenta (maksimal 15 detik).

R/
:
Pemijatan merangsang kontraksi uteri dan dapat melakukan
penilaian kontraksi uteri.
2.
Bersihkan bekuan darah dan/atau selaput ketuban dari vagina dan saluran serviks

R/
:
Dapat menghalangi kontraksi uterus secara baik.
3.
Pastikan bahwa kandungan kemih kosong. Jika penuh atau dapat dipalpasi, lakukan keterisasi menggunakan teknik aseptik

R/
:
Memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di dinding dalam uterus dan merangsang mionietrium untuk berkontraksi. Jika tidak berhasil setelah 5 ment, diperlukan tindakan lain.
4.
Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit.

R/
:
Dapat merangsang uterus berkontraksi secara baik.
5.
Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal

R/
:
Keluarga dapat meneruskan proses kompresi bimanual secara eksternal selama anda melakukan langkah-langkah selanjutnya.
6.
Keluarkan tangan perlahan-lahan

R/
:
Untuk kenyamanan pasien agar tidak sakit
7.
Berikan ergometrin 0,2 mg IM (jangan diberikan jika hipertensi)

R/
:
Ergometrin akan bekerja dalam 5 – 7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus
8.
4.    Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml + 20 unit. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin.

R/
:
Dapat membantau memulihkan volume cairan yang hilang selama perdarahan. Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus.
9.
Ulang kompresi bimanual internal

R/
:
KBI yang dilakukan ditambah dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus berkontraksi.
10.
Rujuk segera jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit

R/
:
Berarti bukan atonia yang sederhana, ibu membutuhkan perawatan gawat darurat dengan fasilitas yang lebih tinggi dengan memberikan transfusi darah.
11.
Dampingi ibu ke tempat rujukan, teruskan melakukan KBI

R/
:
Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka dinding uterus dan merangsang miometrium untuk berkontraksi.
12.
Lanjutkan infus RL + 20 unit oksitosin, dalam 500 ml larutan dengan tetesan 500 ml / jam hingga ditempat rujukan menghabiskan ± 1,5 liter infus. Kemudian berikan 125 ml / jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 500 ml kedua dengan perlahan dan berikan minum untuk rehidrasi.

R/
:
RL akan membantu memulihkan  volume cairan yang hilang selama perdarahan. Oksitosin secara IV akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus.
13.
Observasi TFU, kontraksi dan kandung kemih

R/
:
Penurunan fundus uteri yang sesuai, kontraksi yang bagus, kandung kemih yang kosong memperlancar involusi.
14.
Observasi TTV

R/
:
Deteksi dini adanya kelainan.
15.
Observasi jumlah perdarahan

R/
:
Deteksi dini adanya perdarahan post partum.
16.
Lakukan message pada uterus searah jarum jam

R/
:
Memperkuat kontraksi uterus

VI.        IMPLEMENTASI

Tanggal :……………… Jam :…………. WIB
Sesuai dengan intervensi, namun dalam keadaan tertentu tindakan yang dilakukan harus disesuaikan dengan kondisi ibu dan bayinya. Situasi ruangan dan sarana yang ada di mana ibu dan bayi dirawat.

VII.     EVALUASI
Tanggal  :…………… Jam : ……..WIB.
Mengacu pada kriteria hasil
S : Data yang didapat dari pertanyaan klien secara langsung
O : Data yang didapat dari hasil observasi dan pemeriksaan
A : Interprestasi data antara S dan O
P : Rencana yang ditentukan sesuai dengan masalah yang terjadi


DAFTAR PUSTAKA
  1. Manjoer, Arif dkk.2002. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aeusculapius
  2. Pranoto. 2008. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
  3. Saifudin. 2008. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo
  4. Sumarah dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin). Yogyakarta : Fitramaya
  5. Wiknjosastro, Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa,SpOG,dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: JNPK-KR
Wiknjosastro, Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa,SpOG,dkk. 2002. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo.